Selasa, 19 Maret 2019

jurnal sistem kristal monoklin dan triklin


SISTEM KRISTAL MONOKLIN DAN TRIKLIN
IMAM MUNANDAR1, WIRA HADI²
1 Praktikan, Praktikum Mineralogi dan Kristalografi, Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
2 Asisten, Praktikum Mineralogi dan Kristalografi, Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin



ABSTRAK
        Mineralogi dan Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri dari kristal dan mineral terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur dalam (internal) dan sifat-sifat fisik lainnya. Sehingga dapat dilakukan penggambaran sistem kristal Monoklin maupun Triklin. Sistem Kristal Monoklin dan Triklin memiliki axial ratio a ≠ b ≠ c, yang artinya panjang sumbu sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Metode yang di gunakan adalah studi pustaka, praktikum, analisis, dan penyusunan laporan. Hasil dari deskripsi yatu ditemukan sistem kristal monoklin dan triklin ini dengan kelas kristal Prismatic class, Assymetric (Pedial), dan Pinakoidal.


I.  PENDAHULUAN
            Mineralogi adalah ilmu yang berfokus pada sifat kimia , struktur Kristal, maupun, dan fisika (termasuk optik) dari mineral. Suatu mineral dapat didefinisikan sebagai suatu ikatan kimia padat yang terbentuk secara alamiah dan termasuk di dalamnya materi geologi padat yang menjadi penyusun terkecil dari batuan. Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari kristal. Sedangkan kristal itu sendiri merupakan padatan yang atom, molekul, dan ion penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, biasanya bias berupa Kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya terpasang pasa kisi atau struktur yang sama, tapi secara umum kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin.
Dalam mempelajari dan mengenal bentuk Kristal secara mendetail, perlu diadakan pengelompokan berdasarkan pada perbandingan panjang, letak (posisi) dan jumlah serta nilai sumbu tegaknya. Bentuk Kristal dibedakan berdasarkan sifat-sifat simetrinya (bidang simetri dan sumbu simetri) dibagi menjadi tujuh sistem Kristal yaitu isometrik, tetragonal, hexagonal, trigonal, orthorombik, monoklin dan triklin.
Oleh karena itu Pada praktikum kali ini diharapkan praktikan dapat mengidentifikasi kelas dan bentuk kristal sampel peraga melalui sifat kristal, elemen kristal, dan nilai kristalnya.

2.1 Pengertian Kristal
Kristal secara sederhana dapat didefinisikan sebagai zat padat yang mempunyai susunan atom atau molekul yang teratur. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang datar ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal. Bidang muka kristal itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongan dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus Kristal melalui pusat Kristal.
Apabila suatu mineral mendapat kesempatan untuk berkembang tanpa mendapat hambatan, maka ia akan mempunyai bentuk kristalnya yang khas. Akan Tetapi apabila dalam perkembangannya mineral tersebut mendapat hambatan, maka bentuk kristalnya juga akan terganggu.
       
2.2 Sistem Kristal Monoklin Dan Triklin
2.2.1 Monoklin
Monoklin artinya hanya memliki satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b, b tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. ketiga sumbu tersebut memiliki panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek.
















         

Gambar 2.1 sistem kristal monoklin

Pada penggambaran dengan menggunakan proyesi orthogonal, sistem kristal monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sudutnya a+ ke b- = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu b-. Adapun kelas sistem kristal ini terbagi 3 yaitu: prismatic class dengan bentuk pinakoid, pinakoid orde III, prisma orde I. kelas spenoidal class dengan bentuk kristal pinakoid dan pedion. Kelas domatic class dengan bentuk domes, pinakoid dan pedion.
 2.2.2 Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing masing sumbu tidak sama. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c, yang artinya panjang sumbu sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain.



                                                                                                       Gambar 3.1 sistem kristal triklin






Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti pada sistem ini, sudut α, β, dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan lainnya. Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+ ke b- = 45˚ , b- ke c+ = 80˚.

2.3 Bidang simeri Kristal
         Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan dari yang lain. Bidang simetri ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan bidang simetri menengah. Bidang simetri aksial bila bidangtersebut membagi kristal melalui dua sum-  bu utama (sumbu kristal). Bidang simetri aksial ini dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri vertikal, yang melalui sumbu vertikal dan bidang simetri horisontal, yang berada tegak lurus terhadap sumbu c. Bidang simetri menengah adalah bidang simetri yang hanya melalui satu sumbu kristal. Bidang simetri ini sering pula dikatakan sebagai bidang siemetri diagonal.

2.4   Sumbu Simetri
 Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi tiga, yaitu gire, giroide dan sumbu inversi putar. Ketiganya dibedakan berdasarkan cara mendapatkan nilai simetrinya. Gire, atau sumbu simetri biasa, cara mendapatkan nilai simetrinya adalah dengan memutar kristal pada porosnya dalam satu putaran penuh. Bila terdapat dua kali kenampakan yang sama dinamakan digire, bila tiga trigire empat tetragire  dan seterusnya. Giroide adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya dengan memutar kristal pada poros dan memproyeksikannya pada bidang horisontal. Dalam gambar, nilai simetri giroide disingkat tetragiroide dan heksagiroide. Sumbu inversi putar adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya dengan memutar Kristalpada porosnya dan mencerminkannya melalui pusat kristal. Penulisan nilai simetri dengan cara menambahkan  bar pada angka simetri itu.

2.6  Pusat Simetri
       Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat membuat garis bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal dan akan menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang sama terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut. Atau dengan kata lain, kristal mempunyai pusat simetri bila tiap bidang muka kristal tersebut mempunyai pasangan dengan kriteria bahwa bidang yang  berpasangan tersebut berjarak sama dari pusat kristal, dan bidang yang satu merupakan hasil inversi melalui pusat kristal dari bidang pasangannya

2.7  Klasifikasi Kristal
Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan menjadi 32 klas kristal. Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal tersebut. Sistem isometrik terdiri dari lima kelas, sistem tetragonal mempunyai tujuh kelas, rombis memiliki tiga kelas, heksagonal mempunyai tujuh kelas dan trigonal lima kelas. Selanjutnya sistem monoklin mempunyai tiga kelas. Tiap kelas kristal mempunyai singkatan yang disebut simbol. Ada dua macam cara simbolisasi yang sering digunakan, yaitu simbolisasi Schonflies dan Herman Mauguin (simbolisasi internasional).


Daftar Pustaka 
Noor,Djauhari. 2010. Pengantar Geologi. Bogor : Universitas Pakuan  
Prayitno, Budi. 2016. Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi .Pekanbaru: Universitas Islam Riau. 
Tim Asisten. 2019. Penuntun Praktikum Mineralogi & Kristalograf  Makassar: Universitas Hasanuddin Warmada, Wayan. 2004. Agromineralogi Gromineralogi (Mineralogi untuk Ilmu Pertanian). Yogyakarta : Universitas Gajah Mada. 








































































































































































































































Tidak ada komentar:

Posting Komentar